Menyambut Piala Eropa 2012 tidak ada salahnya kita kembali membuka History of EURO CUP (Sejarah Piala EURO) dari masa ke masa. Berikut info lengkap Piala Eropa (EURO CUP) dari mulai awal diadakan pada tahun 1960 hingga 4 tahun silam dari sekarang yaitu 2008, berikut ulasan lengkap Sejarah Piala Eropa (EURO Cup) yang meliputi data serta statistik Piala Eropa.
Kejuaraan sepakbola tingkat Eropa UEFA merupakan kompetisi sepakbola utama dari berbagai team sepakbola laki-laki nasional benua Eropa dan telah diatur oleh UEFA (Union of European Football Associations). Turnamen ini diadakan pertama kalinya pada tahun 1960 dan setiap empat tahun diselenggarakannya, tepatnya pada tahun genap diantara turnamen Piala Dunia. Pada awalnya turnamen ini disebut sebagai Piala Eropa UEFA, tetapi dengan seiringnya waktu berubah menjadi Kejuaraan Sepakbola Eropa UEFA (UEFAEuropean Football Championship) yang dilansir pada saat tahun 1968. Dimulai pada turnamen di tahun 1996, kejuaraan turnamen sepakbola ini sering disebut "EURO" ditambah dengan tahun diadakannya sehingga menjadi seperti "EURO 1996", "EURO 2000", "EURO 2004", "EURO 2008" dan hingga sekarang disebut dengan "EURO 2012". Sebelum memasuki turnamen EURO semua team selain Negara Tuan Rumah (sudah otomatis lolos mengikuti turnamen ini) bersaing dalam proses babak pra-kualifikasi. Para pemenang kejuaraan ini mendapatkan kesempatan untuk bersaing kembali pada piala Konfederasi FIFA, tetapi hal ini tidaklah wajib untuk dilakukan.
Sejarah Piala Eropa (History of EURO
CUP)
Sejarah piala Eropa (EURO) bermula
dari ide Sekretaris Federasi Sepakbola Prancis (FFF) Henri Delaunay pada akhir
dekade 1920-an. Saat itu, Delaunay melihat terjadi kepincangan di antara dua
benua dimana negara Amerika Latin terlalu kuat bagi negara Eropa. Uruguay
berhasil meraih medali emas saat Olimpiade 1924 dan 1928. Bahkan, Uruguay
ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggara Piala Dunia I pada tahun 1930 sebagai
penghormatan atas segala prestasinya.
Ide Henri Delaunay sebenarnya cukup
beralasan dan sangat sederhana, Delauney ingin memperbanyak jumlah frekuensi
pertandingan antar negara-negara di Eropa dengan menggelar kejuaraan
antarnegara Eropa. Sayangnya ide Henri Delaunay tidak digubris oleh UEFA
sebagai persatuan sepak bola Eropa. UEFA bahkan menggelar kejuaraan antar klub
Eropa yang sekarang lebih dikenal sebagai Piala Champions, Piala UEFA dan Piala
Winners sejak tahun 1954. Hal ini membuat Henri Delaunay kecewa, hingga jatuh
sakit dan meninggal dunia pada November 1955. Meninggalnya salah satu sesepuh
sepak bola Eropa ini sangat mengejutkan jajaran pengurus UEFA. Dalam kongres
UEFA tahun 1957, ide dari Henri Delaunay itu akhirnya disetujui.
Ketika itu, saat Piala Eropa akan
digelar, Federasi Sepak Bola Perancis mengajukan protes karena Perancis lah
yang pantas untuk menyelenggarakan turnamen ini demi menghormati jasa dari
Henri Delaunay, dan akhirnya hal ini disetujui oleh UEFA untuk menyelenggarkan
turnamen Piala Eropa pertama di Perancis.
Untuk pertama kalinya kejuaraan
sepakbola antarnegara Eropa ini dilaksanakan dan saat itu format yang digunakan
adalah setiap team memainkan dua leg dan babak knock out pada
Semifinal diselenggarakan di negara
penyelenggara (sistem home and way / tandang dan kandang).
Pada ajang turnamen ini, team Uni
Soviet (kini Rusia) menjadi juara pertama setelah berhasil mengandaskan team Yugoslavia
dengan skor 2-1 melalui perpanjangan waktu.
Piala Eropa hingga kini telah menjadi olah raga yang sangat populer di
dunia yang kehadirannya sangat dinantikan karena hasil pertandingannya
yang sangat sulit diprediksi.
Ada kalanya suatu tim yang dianggap kuat malah kalah oleh tim yang
lemah, contohnya Timnas Yunani yang berhasil mengalahkan Portugal pada turnamen EURO 2004.
Sejarah Finalis Piala Eropa
Euro 1960
Runner-up: Yugoslavia
Tuan rumah: Perancis
Pencetak gol terbanyak: Francois Heutte (PErancIS), Valentin Ivanov (Uni Soviet), Viktor Ponedelnik (Uni Soviet), Milan Galic (Yugoslavia), Drazan Jerkovic (Yugoslavia) 2 gol
PERTAMA kalinya kejuaraan sepakbola antarnegara Eropa
dilaksanakan. Saat itu, format adalah setiap tim memainkan dua leg dan
babak knock out di semifinal yang berlangsung di negara penyelenggara.
Ketika
itu, Euro diwarnai protes dari Federasi Sepak Bola Perancis yang
menganggap penyelenggaraan pertama seharusnya berlangsung di Perancis.
Akhirnya, turnamen ini akhirnya digelar di Perancis.
Di
final, Uni Soviet berhasil membungkam negara tetangga mereka Yugoslavia
2-1. Mantan negara adidaya itu memenangkan pertandingan melalui babak
perpanjangan waktu.
- Euro 1964
Runner-up: Uni Soviet
Tuan rumah: Spanyol
Pencetak gol terbanyak: Francois Heutte (PErancIS), Valentin Ivanov (Uni Soviet), Viktor Ponedelnik (Uni Soviet), Milan Galic (Yugoslavia), Drazan Jerkovic (Yugoslavia) 2 gol
Nuansa Euro kali ini berbeda dengan empat turnament sebelumnya. Masalah
politik larut dalam kegiatan yang seharusnya menjunjung sportivitas.
Yunani menolak bertanding melawan Albania, karena kedua tim sedang
terlibat perang.
Sejak tahun 1960, setiap 4 tahun sekali UEFA menggelar turnamen "Piala Dunia Mini Eropa" ini. Dan sejak saat itu perkembangan piala eropa ini semakin membaik, hal ni terbukti dengan jumlah peserta Piala Eropa kedua yang berlangsung di Spanyol pada tahun 1964 membengkak dari 17 negara sebelumnya menjadi 29 negara. Pembengkakan ini antara lain ditandai masuknya Inggris dan Italia dalam turnamen akbar se-Eropa ini. Namun format putaran final sama seperti yang pertama, yaitu 4 team lolos ke putaran final. Untuk Kali ini pada putaran final tuan rumah Spanyol berhasil menundukkan juara bertahan Uni Soviet dengan skor 2-1.
Karena jumlah peserta semakin bertambah pada Piala Eropa berikutnya, maka format pertandingan pun diubah. Setiap peserta harus menjadi juara dan runner-up group terlebih dahulu untuk dapat lolos ke putaran final. Format inilah menjadi format baku hingga sekarang dianut pada setiap perhelatan piala Eropa.
Pada Piala Eropa 1960 sebagai edisi pertama, Spanyol atas perintah
diktator Jenderal Franco mengundurkan diri. Sebab, mereka terundi
bertemu Uni Soviet yang merupakan musuh Spanyol. Pada Piala Eropa 1964
yang digelar di Spanyol, kedua team kembali bertemu. Kali ini di final.
Jenderal Franco tak melarang lagi dan Spanyol akhirnya tampil sebagai
juara. Piala Eropa 1964 diikuti 29 team sejak babak kualifikasi.
Pertandingan dilaksanakan dengan sistem gugur dan tandang-kandang.
Luksemburg mendapat bye, sehingga langsung lolos ke putaran kedua. Sejak
awal, tuan rumah Piala Eropa belum ditentukan. Penentuan baru akan
dilakukan setelah ketahuan siapa saja yang masuk semifinal. Di edisi ini masih babak semifinal digelar di satu negara. Denmark menjadi team kejutan dan akhirnya sukses ke semifinal,
setelah mengalahkan Luksemburg. 3 semifinalis lainnya adalah team
besar, yakni Uni Soviet, Spanyol, dan Hungaria. Spanyol kemudian dipilih
sebagai tuan rumah. Spanyol sukses ke final, setelah mengalahkan
Hungaria 2-1 melalui perpanjangan waktu. Sedangkan Uni Soviet menghajar
Denmark 3-0. Spanyol dan Uni Soviet pun akhirnya bertemu di babak final
dan digelar di Stadion Santiago Bernabeu. Pertarungan kedua team cukup
sengit. Di depan 79.000 penonton, kedua team menerapkan permainan
menyerang. Spanyol unggul lebih dulu berkat gol Pereda di menit ke-6.
Tapi, Uni Soviet bereaksi keras. Hanya dua menit kemudian, mereka
menyamakan kedudukan. Marcelino kemudian memastikan kemenangan Spanyol
2-1 setelah mencetak gol di menit ke-84.
- Euro 1968
Runner-up: Yugoslavia
Tuan rumah: Itali
Pencetak gol terbanyak: Jesus Maria Pereda (Spanyol), Ferenc Bene (Hungaria), Dezso Novak (Hungaria) 2 gol
Putaran akhir Piala Eropa 1968 digelar di Italia ini masih mempertandingkan empat team atau semifinal. Tuan rumah baru dipilih setelah peserta semifinal diketahui. Namun, kali ini banyak perubahan signifikan. Perubahan
pertama pada namanya. Sebelumnya, turnamen ini diberi nama European
Nations' Cup. Mulai 1968 nama turnamen adalah European Championship.
Selain itu, format kompetisi juga mengalami perubahan. Babak kualifikasi
dilakukan dalam dua tahap. Tahap penyisihan grup dan perempat final.
Sistem pertandingan tetap menggunakan kandang-tandarng. Pesertanya
terdiri dari 31 team. Mereka dibagi ke dalam 8 grup. Khusus grup 4 hanya
diisi 3 team. Juara grup akan tampil di babak perempat final.
Penyisihan grup dilakukan pada 1966 sampai 1968. Babak perempat final
harus selesai pada 1968 untuk menentukan peserta semifinal. Jika sudah diketahui team yang lolos ke semifinal,
tuan rumah baru ditentukan. Dalam babak penyisihan grup mulai
diperkenalkan nilai hasil pertandingan. Kemenangan bernilai 2 poin, seri
1 poin, dan kalah tanpa poin. Saat itu belum ada penilaian gol tandang.
Babak semifinal akhirnya dihuni Italia sekaligus terpilih sebagai tuan rumah, Uni Soviet, Yugoslavia, dan Inggris. Italia mengalahkan Uni Soviet dalam adu penalti, setelah pertandingan berakhir 0-0. Sedangkan di semifinal lainnya, Yugoslavia mengalahkan Inggris 1-0. Di final, Italia lawan Yugoslavia berakhir 1-1 setelah perpanjangan waktu. Sehingga, pertandingan ulangan
dilakukan dua hari berikutnya. Italia akhirnya tampil sebagai juara
setelah menang 2-0. Sedangkan Inggris merebut tempat ketiga setelah
menang 2-0 atas Uni Soviet.
- Euro 1972
Runner-up: Uni Soviet
Tuan rumah: Belgia
Pencetak gol terbanyak: Gerd Muller (Germany) 4 gol
Jerman Barat untuk pertama kalinya berhasil menjuarai Piala Eropa
setelah mengalahkan Uni Soviet 3-0 pada Piala Eropa 1972. Keberhasilan
"Der Panzer" tersebut sekaligus membuktikan kebangkitan mereka, setelah
sebelumnya mereka sukses menjuarai Piala Dunia 1954. Jerman Barat memang
team besar. Tapi, sejak juara Piala Dunia 1954, mereka tak meraih gelar
lagi di tingkat internasional. Namun, di era 1970-an, mereka memanen
bakat-bakat besar seperti Franz Beckenbauer, Uli Hoeness, Gerd Mueller,
Sepp Meier, dan sebagainya. Generasi emas inilah yang membawa
kebangkitan "Der Panzer" untuk mendominasi kompetisi internasional. Sama
seperti tiga turnamen terdahulu, hanya empat team yang mengikuti
putaran final. Babak kualifikasi diikuti 32 negara dibagi dalam 8 grup.
Juara yang akan masuk perempat final juga memakai sistem kandang
tandang. Pada waktu itu, kemenangan masih diberi nilai 2. Pemenang di
perempat final itulah yang kemudian lolos ke putaran final di Belgia
alias semifinal. Keempat team lolos ke babak semifinal adalah Belgia,
Hungaria, Uni Soviet, dan Jerman Barat. Uni Soviet berhasil lolos ke
final setelah menyingkirkan Hungaria berkat Anatoliy Konkov. Sementara
Jerman Barat berhasil mengalahkan Belgia 2-1. Keberhasilan "Der Panzer"
tersebut tidak terlepas dari penampilan impresif Gerd Mueller memborong
dua gol. Belgia hanya mampu membalas melalui gol Odilon Polleunis di
akhir laga. Tidak hanya itu, Netzer mampu menaklukkan dunia pada 1972.
Umpan-umpan sensasional dan tendangan bebasnya sangat menentukan
permainan Jerman Barat seperti saat Netzer mengawali proses gol kedua
diciptakan Mueller. Di babak final, Jerman Barat diperkuat materi pemain
mumpuni. Ini termasuk generasi emas Jerman Barat dengan maskotnya Franz
Beckenbauer. Selain itu, nama-nama seperti Sepp Meier (kiper), Uli
Hoeness, dan Gerd Mueller juga sangat andal. Wajar, perjalanan mereka
cukup perkasa. Di final, mereka juga tampil dominan dan menekan habis
pertahanan Soviet. Alhasil, Franz Beckenbauer dan kawan-kawan meraih
kemenangan tiga gol tanpa balas. Tiga pemain Jerman Barat paling
berpengaruh memberikan gol pertama team. Franz Beckenbauer memberikan
bola kepada Netzer. Tendangan voli Netzer menghantam tiang dan
diteruskan Mueller. Gol pertama tersebut terjadi pada menit ke-27. Pada
menit ke-52, Herbert Wimmer menggandakan keunggulan Jerman Barat.
Mueller mengunci kemenangan Jerman Barat dengan gol yang diciptakannya
enam menit berselang. Jerman Barat pun menang 3-0. Keberhasilan Jerman
Barat menjuarai Piala Eropa membuat "Der Panzer" dinobatkan sebagai team
terbaik yang pernah menjuarai turnamen empat tahunan ini. Sebab, mereka
terus tampil impresif dan di final meraih kemenangan besar atas Uni
Soviet yang saat itu merupakan team besar dan pernah juara di Piala
Eropa.
- Euro 1976
Juara: Cekoslovakia
Runner-up: Jerman
Tuan rumah: Yugoslavia
Pencetak gol terbanyak: Dieter Müller (Jerman) 4 gol
FINAL Piala Eropa 1976 mempertemukan Cekoslovakia dan Jerman Barat
dianggap sebagai final terbaik sepanjang sejarah penyelenggaraan Piala
Eropa (saat itu). Sebab, partai pamungkas tersebut mempertontonkan sepak
bola menyerang, semangat pantang menyerah, serta ketegangan dalam drama
adu penalti. Ini juga melahirkan kejutan besar. Kejuaraan sepak bola
antarnegara Eropa kelima ini menjadi turnamen terakhir dengan format
empat besar. Namun, sebelumnya tetap diikuti babak kualifikasi. Sebanyak
32 negara ikut serta dibagi dalam 8 grup. Juara akan masuk perempat
final juga memakai sistem kandang tandang. Pada waktu itu, kemenangan
masih diberi nilai 2. Pemenang di perempat final itulah kemudian lolos
ke putaran final di Yugoslavia alias semifinal. Empat tim yang mengikuti
putaran final adalah Cekoslovakia, Belanda, Jerman Barat, dan
Yugoslavia. Putaran ini dipuji memiliki kualitas tinggi karena
pertandingan harus berakhir dengan babak perpanjangan waktu. Jalan
Cekoslowakia untuk tampil sebagai juara tidak mudah. Di pertandingan
pertama, mereka harus bertemu Belanda di Zagreb. Di atas kertas, Belanda
yang memiliki pemain bintang seperti Johan Cruyff jelas lebih
diunggulkan. Apalagi, dua tahun sebelumnya mereka tampil cemerlang di
Piala Dunia. Meski kalah di final oleh Jerman Barat, namun Belanda
dianggap membawa gaya sepak bola baru, total football, ditakuti banyak
tim. Namun, faktanya Cekoslovakia membuat kejutkan dengan menekuk
Belanda 3-1 dan lolos ke final. Keberhasilan Antonin Panenka dan
kawan-kawan tidak terlepas dari cara mereka meminimalisasi peran Cruyff
dan Wim van Hanegem menjadi tumpuan Belanda. Dengan cara itu,
Cekoslowakia mampu unggul terlebih dulu berkat gol yang diciptakan Anton
Ondrus pada pertengahan babak pertama. Ondrus berhasil menjebol gawang
Belanda setelah memaksimalkan umpan tendangan bebas Antonin Panenka.
Cekoslowakia harus bermain sepuluh orang setelah Jaroslav Pollak diberi
kartu merah pada babak kedua. Sialnya lagi, Cekoslowakia harus kebobolan
oleh gol bunuh diri Ondrus pada menit ke-77. Kedudukan imbang membuat
pertandingan memanas. Belanda pun terpaksa bermain sepuluh orang setelah
Johan Neeskens mendapatkan kartu merah sebelum memasuki perpanjangan
waktu. Ambisi Belanda untuk meraih kemenangan semakin sulit setelah Van
Hanegem mendapatkan kartu merah. Cekoslovakia pun akhirnya berhasil
menundukkan Belanda berkat dua gol tambahan diciptakan Frantisek Vesely
dan Veseley. Pertandingan semifinal lainnya antara Jerman Barat melawan
Yugoslavia tak kalah seru. Belgrade nyaris menjadi kuburan bagi sang
juara bertahan Jerman Barat setelah tertinggal 0-2 pada babak pertama.
Namun, pelatih Helmut Schoen menolak menyerah dan memasukkan dua pemain
pengganti yang mengubah hasil pertandingan. Heinz Flohe dan Dieter
Mueller mencetak gol balasan sehingga Jerman Barat berhasil memaksa
Yugoslavia bermain dalam babak perpanjangan waktu. Jerman Barat perlu
berterima kasih kepada Mueller. Dia mencetak dua gol untuk melengkapi
torehan hat-trick sehingga Jerman Barat meraih kemenangan 4-2. Di babak
final, Cekoslovakia tampil sangat impresif. Betapa tidak, Cekoslovakia
hanya membutuhkan delapan menit untuk membobol gawang Jerman Barat
tampil sebagai juara bertahan. Jan Svehlik berhasil menaklukkan Sepp
Maier. Gol yang diciptakan Svehlik tercatat sebagai gol tercepat di
ajang ini. Karol Dobias kemudian menggandakan keunggulan Cekoslovakia di
menit ke-26. Jerman Barat bangkit. Mueller membalas melalui gol
tendangan voli akrobatik. Akhirnya, Jerman Barat menyamakan kedudukan
setelah Bernd Holzenbein mencetak gol pada menit ke-69. Kedua tim
terpaksa harus melakoni babak adu penalti setelah tidak ada gol tercipta
pada babak tambahan. Sebagai catatan, ini merupakan final pertama Piala
Eropa harus ditentukan melalui adu penalti. Drama adu penalti ini
menyajikan ketagangan luar biasa. Ketagangan muncul saat penendang
keempat dari Jerman Barat, Uli Hoeness, gagal mengeksekusi penalti.
Antonin Panenka yang menjadi penembak penalti kelima berhasil
mengantarkan Cekoslovakia juara. Penalti yang dieksekusi Panenka menjadi
bahan pembicaraan. Meski dilanda tekanan karena eksekusinya sangat
berpengaruh pada hasil pertandingan, Panenka dengan sangat tenang
mengecoh Sepp Maier. Melihat sang kiper akan bergerak ke kiri, Panenka
mencungkil bola ke arah tengah, posisi awal Maier. Paneka mengakui
berlatih eksekusi tersebut bersama kiper Zdenek Hruska yang merupakan
rekan setimnya di Bohemians Prague. "Saya memutuskan lebih mudah
berpura-pura menembak bola, kemudian mencungkil bola ke tengah gawang.
Saya melakukannya saat berlatih dan berhasil." Cekoslowakia pun membuat
kejutan besar. Tim sebelumnya tak diperhitungkan, justru menyingkirkan
dua raksasa dunia saat itu, Belanda dan Jerman, untuk menjadi juara.
Saat itu, Jerman dan Belanda merupakan klub raksasa Eropa, bahkan dunia.
Mereka memiliki bintang-bintang fenomenal dan permainan yang dahsyat.
- Euro 1980
Runner-up: Belgia
Tuan rumah: Itali
Pencetak gol terbanyak: Klaus Allofs (Jerman) 3 gol
Meski sudah pernah menjadi tuan rumah sebelumnya, kali ini Italia
menjadi tuan rumah Piala Eropa dengan format kompetisi baru. Dua
perubahan signifikan memang mewarnai perebutan gelar juara Eropa pada
tahun 1980. Pertama, federasi sepak bola Eropa atau UEFA menambah jumlah
tim yang berlaga di putaran final dari empat menjadi delapan tim.
Kedua, negara yang menjadi tuan rumah memiliki keistimewaan langsung
lolos ke putaran final, tanpa harus melalui babak kualifikasi. Italia
kecipratan untung untuk pertama kalinya. Sayangnya, tim Italia tak mampu
menjamu pendukung dalam negeri dengan menarik. Tim hanya mampu mencapai
babak semi final. Itu pun kalah dari tim Cekoslovakia melalui drama adu
penalti. Pesona Piala Dunia Eropa 1980 yang paling menggigit
ditampilkan oleh tim Jerman Barat. Saat itu, pemain-pemain muda yang
berbakat dari tim ini menunjukkan permainan menyerang dan menggebrak di
tengah trend permainan bertahan kala itu. Bakat-bakat segar dari Horst
Hrubesch, Karl-Heinz Rummenigge, Bernd Schuster dan Hans-Peter Briegel
berhasil mencuri perhatian dunia. Jerman Barat bertemu dengan tim Belgia
di final. Kemunculan tim yang diperkuat oleh François van der Elst dan
kawan-kawan itu memang tidak diduga-duga sebelumnya. Sayangnya, Belgia
tetap harus tunduk atas keperkasaan Jerman Barat melalui dua gol dicetak
oleh Hrubesch yang penampilannya sangat mempesona kala itu. Belgia
hanya mampu membalas dengan satu gol melalui eksekusi penalti Rene
Vandereycken. Ini memang bukan momen terakhir keikutsertaan Jerman Barat
dalam ajang Piala Eropa. Namun, Piala Eropa 1980 merupakan ajang
terakhir dimana tim ini melaju ke final dan menjadi juara dengan masih
bernama Jerman Barat. Pada kompetisi tahun 1988, Jerman Barat masih
mengikuti ajang Piala Eropa, namun hanya mampu mencapai babak semi
final. Ketika mengikuti kompetisi tahun 1992, tim tak lagi datang dengan
nama Jerman Barat. Penyatuan kembali Jerman Barat dan Jerman Timur pada
tahun 1990 membuat tim datang dengan nama Jerman.
- Euro 1984
Runner-up: Spanyol
Tuan rumah: Perancis
Pencetak gol terbanyak: Michel Platini (Perancis) 9 gol
Ini pertama kalinya Perancis mampu mencapai babak final, setelah harus
puas hanya menembus laga perebutan tempat ketiga pada ajang Piala Eropa
pertama di tahun 1960. Perancis yang menjadi tuan rumah pun tampil
menjadi juara Eropa untuk pertama kalinya setelah mengalahkan tim
Spanyol dengan dua gol tanpa balas. Kapten Perancis, Michael Platini,
yang kala itu berumur 29 tahun, menjadi pusat perhatian dengan koleksi
sembilan gol dicetaknya sepanjang turnamen berlangsung. Satu golnya
memastikan kemenangan Perancis dari tim Spanyol di babak final. Satu gol
lagi dicetak oleh Bruno Ballone. Selain Platini, Peno pun menjadi
sorotan publik hingga akhir turnamen. Peno adalah ayam jantan yang
menjadi maskot Piala Eropa 1984. Peno mengenakan kaus biru seperti
kostum yang dikenakan oleh tim nasional Perancis dengan emblem
bertuliskan ‘84’ di dada kirinya. Dalam kompetisi tahun ini, UEFA masih
menerapkan format kompetisi baru yang sudah dipakai pada tahun 1980. Ada
delapan tim yang berlaga di putaran final dan tuan rumah berhak melaju
ke putaran final tanpa harus melalui babak kualifikasi. Namun, UEFA
kembali menerapkan keputusan baru dengan menghapuskan perebutan tempat
ketiga dalam ajang Piala Eropa pada tahun ini. Piala Eropa 1984 sangat
dipuji-puji karena setiap tim yang menjadi peserta dinilai menunjukkan
permainan berkualitas sepanjang kompetisi. Selain itu, tuan rumah
Perancis juga menuai pujian dari banyak pihak karena berhasil menggelar
ajang ini dengan sedikit catatan kerusuhan dari pada ‘hooligans’.
Perancis dinilai mampu memberikan pengalaman menyenangkan bagi para tim
dan pendukungnya. Prestasi ini pun disebut-sebut menjadi salah satu
faktor penentu diberikannya kesempatan bagi Perancis untuk menjadi tuan
rumah Piala Dunia 1998.
- Euro 1988
Runner-up: Uni Soviet
Tuan rumah: Jerman
Pencetak gol terbanyak: Marco van Basten (Belanda) 5 gol
Setelah masa penantian panjang, tim nasional Belanda akhirnya berhasil
meraih trofi Piala Eropa untuk pertama kalinya. Karakteristik total
football khas Belanda mampu ditunjukkan oleh Ruud Gullit dan kawan-kawan
layak mengantarkan mereka menjadi gelar juara Eropa pada tahun 1988. Di
partai final, tim Oranye kembali bertemu dengan tim Uni Soviet yang
sempat mengalahkan mereka di pertandingan pertama penyisihan grup.
Namun, tim Belanda kali ini menunjukkan perbedaan dari sebelumnya. Di
babak pertama saja, mereka sudah unggul 1-0 melalui tandukan kepala
Gullit. Keunggulan diperbesar melalui gol Marco van Basten di awal babak
kedua dan kedudukan 2-0 bertahan hingga peluit tanda akhir babak kedua
dibunyikan oleh wasit. Gol dua pemain legendaris Belanda ini dikenang
oleh hampir 60 persen penduduk Belanda yang hijrah sesaat untuk
menyaksikan pertandingan di Olympiastadion, Munich, Jerman Barat ini.
Gullit dengan rambut gimbalnya menandukkan bola, sementara Van Basten
melakukan tendangan voli ala akrobatik dari sisi kiri gawang tidak bisa
diantisipasi oleh kiper Soviet, Rinat Dasaev. Juara bertahan, Perancis,
tak lolos babak kualifikasi untuk masuk ke putaran final ajang Piala
Eropa kali ini. Sementara itu, raksasa Jerman Barat harus puas hanya
mampu melangkah sampai babak semi final karena dikalahkan total football
negeri kincir angin dengan skor 1-2.
- Euro 1992
Runner-up: Jerman
Tuan rumah: Swedia
Pencetak gol terbanyak: Henrik Larsen (Denmark), Karl-Heinz Riedle (Jerman), Dennis Bergkamp (Belanda), Tomas Brolin (Swedia) 3 gol
Jangan pernah berhenti bermimpi. Barangkali, prinsip inilah yang
dipegang oleh tim Denmark sejak ikut babak penyisihan Piala Eropa 1992.
Bermula dari didiskualifikasinya tim Yugoslavia dari ajang ini karena
terkena sanksi PBB, posisinya lalu digantikan oleh Denmark yang menjadi
runner-up grup. Perjalanan si anak bawang pun berlanjut putaran demi
putaran hingga beruntung dapat mengalahkan Belanda di semifinal melalui
drama adu penalti. Kesalahan pemain legendaris Belanda, Marco Van
Basten, dalam mengeksekusi penalti mengantarkan Denmark melaju ke babak
final. Bagai David menantang Goliath, mereka menantang raksasa sepak
bola Eropa, Jerman. Benteng kokoh di lini belakang dan gaya permainan
counter-attact diterapkan oleh Denmark kala itu. Tak disangka, kerja
keras, kerendahan hati pelatihnya, Richard Moller-Nielsen, dan sedikit
keberuntungan membawa Denmark menjadi juara Eropa untuk pertama kalinya
dan satu-satunya hingga saat ini dengan menghajar tim Jerman dengan dua
gol tanpa balas. Tim Denmark pun disebut "dinamit yang meledak" karena
mampu meluluhlantakkan tim-tim raksasa Eropa kala itu, seperti Jerman
(dulu Jerman Barat), Belanda, dan Uni Soviet. Kiper tim Denmark, Peter
Schmeichel, menjadi sorotan publik sepak bola sedunia. Pesonanya di
bawah mistar gawang tak diragukan lagi. Kala itu, dia sudah setahun
bergabung dengan klub raksasa asal Inggris, Manchester United. Piala
Eropa 1992 merupakan turnamen terakhir yang menggunakan logo tulisan
UEFA dan bendera. Ajang ini juga menjadi kompetisi sepak bola akbar
pertama dan mengharuskan nama pemain tercetak di atas nomor punggung
kostum mereka setelah ini menjadi tren di klub-klub sepak bola di
seluruh Eropa. Ini juga menjadi ajang kompetisi di mana pertama kalinya
Jürgen Klinsmann dan kawan-kawan datang dengan menggunakan nama tim
"Jerman" setelah bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur pada tahun
1990.
- Euro 1996
Juara: Jerman
Runner-up: Republik Ceko
Tuan rumah: Inggris
Pencetak gol terbanyak: Alan Shearer (Inggris) 5 gol
PERATURAN baru berupa golden goal atau gol emas diterapkan di Piala
Eropa 1996. Ini menjadi berkah bagi Jerman. Mereka akhirnya juara berkat
gol emas Oliver Bierhoff pada menit ke-95 yang membuat Jerman menang
2-1. Sebelumnya, dalam 90 menit kedua tim bermain imbang 1-1. Gelar ini
semakin mengukuhkan Jerman sebagai negara terbaik di Eropa dengan
torehan tiga gelar. Dua piala sebelumnya mereka raih pada tahun 1972 dan
1980. Sebaliknya, gol emas menjadi petaka buat Republik Ceko yang
menjadi lawan Jerman di final. Karena gol emas Bierhoff itu, segalanya
menjadi selesai, meski perpanjangan waktu baru berlangsung 5 menit. Gol
emas untuk menentukan pemenang di masa perpanjangan waktu, jika kedua
tim tetap bermain imbang dalam 90 menit. Begitu ada yang mencetak gol,
tim pencetak gol langsung menjadi pemenangnya dan pertandingan berhenti,
meski perpanjangan waktu belum mencapai dua kali 15 menit. Sebab itu,
gol emas juga disebut sudden death. Banyak fakta menarik yang muncul di
Piala Eropa 1996, selain gol emas. Inggris untuk pertama kalinya
menyelenggarakan pagelaran terbesar negara-negara Eropa ini. Selain itu,
untuk pertama kalinya putaran final Piala Eropa diikuti 16 tim dan
terbagi menjadi empat grup. Sebelumnya, Piala Eropa hanya diikuti oleh
delapan tim dan hanya terbagi menjadi dua grup saja. Membludaknya
peserta Piala Eropa 1996 ini tak lepas dari pecahnya Cekoslowakia
(menjadi Republik Ceko dan Slovakia) pada tahun 1993 serta terpecahnya
Yugoslavia dan Uni Soviet. Perubahan lain adalah sebutan dari Piala
Eropa. Jika sebelumnya Uni Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) mengunakan
sebutan UEFA European Championship untuk kompetisi empat tahunan ini, di
tahun 1996 UEFA menggantinya dengan sebutan Euro. Di balik keperkasaan
Jerman dan beberapa fakta baru lainnya, kejutan dari Republik Ceko juga
layak untuk diperbincangkan. Tak masuk dalam kategori favorit, Rep. Ceko
justru mampu tampil hingga partai puncak. Padahal, ini merupakan
penampilan perdana mereka di Piala Eropa sejak Cekoslowakia terpecah.
Kemilau Rep. Ceko sudah terlihat sejak babak penyisihan grup. Tergabung
bersama Jerman, Italia, dan Rusia di Grup C, Jiri Nemec dkk tampil
brilian dengan memaksa Italia harus angkat koper lebih dulu. Portugal
menjadi korban Rep. Ceko selanjutnya. Berhadapan di perempat final,
Portugal dipaksa tunduk dengan skor tipis 1-0. Kegemilangan negara
pecahan Cekoslowakia tersebut berlanjut dalam laga semifinal. Mereka
mampu menyingkirkan Perancis lewat babak adu penalti. Rep. Ceko hampir
saja mencatatkan sejarah jika tak kalah tipis 1-2 dari Jerman di partai
puncak, sebab mereka unggul lebih dulu. Jerman akhirnya menyamakan
kedudukan dan memaksa dilakukan perpanjangan waktu. Di situlah Jerman
mengambil keuntungan peraturan gol emas dan tampil sebagai juara. Di
situ pula Rep. Ceko tertimpa petaka karena gol emas mengakhiri
perjuangan mereka untuk mengulang sukses juara seperti saat mereka masih
bersatu dalam negar Cekoslovakia pada 1976.
- Euro 2000
Runner-up: Italia
Tuan rumah: Belgia & Belanda
Pencetak gol terbanyak: Patrick Kluivert (Belanda), Savo Milosevic (Yugoslavia) 5 gol
SISTEM golden goal atau sudden death masih digunakan di Piala Eropa
2000. Dan, berkah dari sistem itu menjadi milik Perancis. Mereka
menjuarai turnamen itu berkat golden goal David Trezeguet saat
menundukkan Italia 2-1 di partai final.Setelah itu, golden goal tak
pernah dipakai lagi di Piala Eropa, juga di turnamen lain.
Golden goal diperkenalkan FIFA pada 1993. Sistem ini dipakai jika dalam 90 menit berakhir imbang dan dilakukan perpanjangan waktu. Siapa yang mencetak gol lebih dulu di perpanjangan waktu, dialah yang menang. Gol itu sekaligus mengakhiri pertandingan, meski perpanjangan waktu dua kali 15 menit belum berakhir. Kemudian, sistem itu dipakai pertama kali di turnamen besar pada Piala Eropa 1996 di Inggris. Saat itu, Jerman merasakan nikmatnya berkah golden goal, setelah Oliver Bierhoff mencetak gol di perpanjangan waktu pada partai final lawan Republik Ceko.Gol itu sekaligus mengakhiri pertandingan dan memastikan Jerman sebagai juara dengan kemenangan 2-1.
Kemenangan Perancis di Piala Eropa 2000 berlangsung dramatis. Sebab, Italia sebenarnya sudah unggul 1-0 hingga menit ke-94. Gol Italia dicetak oleh Marco Delvecchio di menit ke-55. Saat pertandingan hampir berakhir, Perancis mampu menyamakan kedudukan lewat gol Sylvain Wiltord pada menit ke-94, sekaligus memaksa perpanjangan waktu. Italia tampak bermain aman di perpanjangan waktu, seolah berharap bisa mengakhiri laga ini dengan adu penalti. Namun, harapan itu dihancurkan oleh gol emas David Trezeguet di menit ke-103. Gol yang sekaligus mengakhiri pertandingan dan memastikan kemenangan Perancis 2-1. Sejak itu, gol emas tak dipakai lagi dan mulai 2002 sampai 2004 diganti menjadi gol perak. Maksudnya, jika terjadi gol di perpanjangan waktu, pertandingan masih dilangsungkan sampai waktu 15 menit berakhir. Jika terjadi di 15 menit pertama, maka menunggu sampai 15 menit itu berakhir.
Golden goal diperkenalkan FIFA pada 1993. Sistem ini dipakai jika dalam 90 menit berakhir imbang dan dilakukan perpanjangan waktu. Siapa yang mencetak gol lebih dulu di perpanjangan waktu, dialah yang menang. Gol itu sekaligus mengakhiri pertandingan, meski perpanjangan waktu dua kali 15 menit belum berakhir. Kemudian, sistem itu dipakai pertama kali di turnamen besar pada Piala Eropa 1996 di Inggris. Saat itu, Jerman merasakan nikmatnya berkah golden goal, setelah Oliver Bierhoff mencetak gol di perpanjangan waktu pada partai final lawan Republik Ceko.Gol itu sekaligus mengakhiri pertandingan dan memastikan Jerman sebagai juara dengan kemenangan 2-1.
Kemenangan Perancis di Piala Eropa 2000 berlangsung dramatis. Sebab, Italia sebenarnya sudah unggul 1-0 hingga menit ke-94. Gol Italia dicetak oleh Marco Delvecchio di menit ke-55. Saat pertandingan hampir berakhir, Perancis mampu menyamakan kedudukan lewat gol Sylvain Wiltord pada menit ke-94, sekaligus memaksa perpanjangan waktu. Italia tampak bermain aman di perpanjangan waktu, seolah berharap bisa mengakhiri laga ini dengan adu penalti. Namun, harapan itu dihancurkan oleh gol emas David Trezeguet di menit ke-103. Gol yang sekaligus mengakhiri pertandingan dan memastikan kemenangan Perancis 2-1. Sejak itu, gol emas tak dipakai lagi dan mulai 2002 sampai 2004 diganti menjadi gol perak. Maksudnya, jika terjadi gol di perpanjangan waktu, pertandingan masih dilangsungkan sampai waktu 15 menit berakhir. Jika terjadi di 15 menit pertama, maka menunggu sampai 15 menit itu berakhir.
Perjuangan Perancis untuk jadi juara tak berjalan
mudah. Di babak penyisihan grup, tim yang saat itu diasuh oleh Roger
Lemerre tersebut harus bersaing dengan Belanda dan finalis Piala Eropa
1996, Republik Ceko. "Les Blues" akhirnya lolos dari lubang jarum dengan
status runner up di bawah Belanda tampil perkasa sebagai pemuncak
klasemen. Di perempat final, Perancis kembali menemui lawan berat.
Zinedine Zidane dkk harus bersua dengan kandidat juara lainnya, Spanyol.
Lagi-lagi rintangan berhasil mereka lalui. Spanyol ditundukkan dengan
skor tipis 2-1. Perjuangan keras kembali harus dijalani oleh Perancis di
babak semifinal. Kali ini mereka menghadapi Portugal yang diperkuat
pemain besar seperti Luis Figo, Rui Costa, dan Nuno Gomes. Ujian berat
ini kembali mereka lalui. Portugal dibekuk dengan skor 2-1 lewat babak
perpanjangan waktu. Di balik kesuksesan Perancis, Piala Eropa yang untuk
pertama kalinya digelar di dua negara ini menyisakan duka bagi Jerman
yang berstatus juara bertahan.
Jerman harus tumbang di babak penyisihan
grup. Ironis bagi Jerman. Penampilan perkasa mereka di Piala Eropa 1996
tak berbekas di Piala Eropa yang digelar di Belanda-Belgia ini. Pasukan
yang dipimpin oleh Erich Ribbeck ini tak pernah meraih satu kemenangan
pun. Dari tiga laga, satu pertandingan berakhir seri dan sisanya
diakhiri dengan kekalahan. Nasib tragis juga dialami oleh Republik Ceko,
sang finalis Piala Eropa 1996. Bergabung dengan Belanda dan Perancis di
Grup D, Ceko tak mampu lagi menciptakan kejutan seperti pagelaran
sebelumnya.
Pasukan Jozef Chovanec harus puas dengan torehan tiga poin
hasil satu kemenangan dari tiga pertandingan yang mereka jalani.
Kenyataan pahit juga dirasakan Inggris. Meski diperkuat David Beckham,
Michael Owen, Alan Shearer, dan beberapa pemain bintang Premier League
masa itu, Inggris tak berkutik di Grup A. Sama seperti Jerman, "The
Three Lions" harus menerima kenyataan pahit dikangkangi oleh Rumania dan
keluar sebagai runner-up Grup A, menemani Portugal yang tampil sebagai
juara grup.
- Euro 2004
Juara: Yunani
Runner-up: Portugal
Tuan rumah: Portugal
Pencetak gol terbanyak: Milan Baros (Republik ceska) 5 gol
YUNANI lebih dikenal memiliki kisah dan mitos yeng berkenaan dengan dewa. Sebab itu, mereka disebut "Negeri Para Dewa". Menyimak sejarah dan mitos negeri itu lebih menarik daripada mengikuti dan menyimak sepak bola mereka.
Namun, di Piala Eropa 2004 ceritanya lain. Yunani justru memberikan kejutan besar di dunia pesepakbolaan Eropa. Yunani yang tak pernah diperhitungkan sebelumnya dan selalu dianggap kelas dua atau bahkan kelas tiga, justru tampil sebagai juara setelah menekuk tuan rumah Portugal 1-0 di partai final.
Piala Eropa kali ini diadakan di Portugal untuk pertama kalinya. Tentu, banyak yang memprediksi Portugal yang saat itu dilatih oleh Luiz Felipe Scolari akan tampil sebagai yang terbaik. Apalagi jika melihat komposisi pemain Portugal yang kala itu diperkuat pemain-pemain bintang seperti Luis Figo, Rui Costa, Simao Sabrosa, Cristiano Ronaldo dan beberapa pemain bintang lainnya.
Bandingkan dengan Yunani yang kala itu hanya dibekali pemain "level dua" seperti Angelos Charisteas, Angelos Basinas, Giorgios Karagounis, Theodoros Zagorakis, dan tentu sang kiper Antonios Nikopolidis.
Namun, Pelatih Yunani, Otto Rehhagel, mampu mengoptimalkan materi pemain yang ada. Ia bisa membuat perhitungan di atas kertas tak terbukti sama sekali. Yunani sudah mampu membuat Portugal tak berdaya di laga pembuka Piala Eropa 2004. Tampil dengan kekuatan terbaik, Portugal justru takluk dengan skor 1-2. Gol kemenangan Yunani dicetak oleh Karagounis pada menit ke-7 dan Basinas pada menit ke-51 lewat titik putih.
Di laga kedua, Yunani kembali membuat mata pecinta sepak bola terpana. Pasukan "Ethniki" mampu menahan imbang 1-1 Spanyol yang diperkuat nama beken seperti Raul Gonzales, Iker Casillas, Carles Puyol dan Fernando Morientes.
Penampilan memukau Yunani kembali memakan korban tim besar di perempat final. Kali ini, Perancis yang dilempar dari kejuaraan empat tahunan tersebut. Yunani menang tipis 1-0 lewat gol Charisteas pada menit ke-65.
Lalu, Republik Ceko yang kala itu masih memiliki tim tangguh, juga mereka libas di semifinal. Yunani pun melangkah ke final dan kembali bersua dengan Portugal. Lagi-lagi, pasukan Otto Rehagel mempermalukan tuan rumah. Charisteas menjadi bintang dengan mencetak gol tunggal pada menit ke-57.
Memang, permainan Yunani kurang menarik. Mereka lebih berkonsentrasi bertahan dan menjaga kekompakan, kemudian sesekali melancarkan serangan balik. Tapi, strategi ini yang sering membuat lawan frustrasi, kemudian jadi lengah. Dan, saat kelengahan itu Yunani pintar mengambil kesempatan. Tidak harus produktif, tapi yang penting menang. Dan, gaya dan strategi itu yang mengantarkan Yunani menjadi juara.
"Ini merupakan pencapaian luar biasa untuk sepak bola Yunani dan khsusunya sepak bola Eropa. Kami mengambil keuntungan dari kesempatan kami. Lawan lebih baik secara teknik ketimbang kami, tapi kami mampu memanfaatkan kesempatan. Yunani membuat sejarah dalam sepak bola. Ini adalah sensasi," kata Rehhagel setelah laga.
Kesuksesan Yunani semakin lengkap setelah Theodoros Zagorakis ditunjuk sebagai pemain terbaik dalam gelaran kali ini.
Kejutan lain yang tercipta adalah keluarnya striker Republik Ceko sebagai pencetak gol terbanyak dengan lima gol. Ia mengalahkan striker papan atas lain seperti Ruud van Nistelrooy, Wayne Rooney, Thierry Henry, dan Cristiano Ronaldo.
Sukses Yunani seolah memberi pesan, nama besar bukan jaminan. Siapa pun yang masuk ke putaran final bisa menjadi juara, asal bisa mengoptimalkan kemampuan dan menerapkan strategi yang tepat. Tentang keberuntungan, itu urusan Tuhan.
Namun, di Piala Eropa 2004 ceritanya lain. Yunani justru memberikan kejutan besar di dunia pesepakbolaan Eropa. Yunani yang tak pernah diperhitungkan sebelumnya dan selalu dianggap kelas dua atau bahkan kelas tiga, justru tampil sebagai juara setelah menekuk tuan rumah Portugal 1-0 di partai final.
Piala Eropa kali ini diadakan di Portugal untuk pertama kalinya. Tentu, banyak yang memprediksi Portugal yang saat itu dilatih oleh Luiz Felipe Scolari akan tampil sebagai yang terbaik. Apalagi jika melihat komposisi pemain Portugal yang kala itu diperkuat pemain-pemain bintang seperti Luis Figo, Rui Costa, Simao Sabrosa, Cristiano Ronaldo dan beberapa pemain bintang lainnya.
Bandingkan dengan Yunani yang kala itu hanya dibekali pemain "level dua" seperti Angelos Charisteas, Angelos Basinas, Giorgios Karagounis, Theodoros Zagorakis, dan tentu sang kiper Antonios Nikopolidis.
Namun, Pelatih Yunani, Otto Rehhagel, mampu mengoptimalkan materi pemain yang ada. Ia bisa membuat perhitungan di atas kertas tak terbukti sama sekali. Yunani sudah mampu membuat Portugal tak berdaya di laga pembuka Piala Eropa 2004. Tampil dengan kekuatan terbaik, Portugal justru takluk dengan skor 1-2. Gol kemenangan Yunani dicetak oleh Karagounis pada menit ke-7 dan Basinas pada menit ke-51 lewat titik putih.
Di laga kedua, Yunani kembali membuat mata pecinta sepak bola terpana. Pasukan "Ethniki" mampu menahan imbang 1-1 Spanyol yang diperkuat nama beken seperti Raul Gonzales, Iker Casillas, Carles Puyol dan Fernando Morientes.
Penampilan memukau Yunani kembali memakan korban tim besar di perempat final. Kali ini, Perancis yang dilempar dari kejuaraan empat tahunan tersebut. Yunani menang tipis 1-0 lewat gol Charisteas pada menit ke-65.
Lalu, Republik Ceko yang kala itu masih memiliki tim tangguh, juga mereka libas di semifinal. Yunani pun melangkah ke final dan kembali bersua dengan Portugal. Lagi-lagi, pasukan Otto Rehagel mempermalukan tuan rumah. Charisteas menjadi bintang dengan mencetak gol tunggal pada menit ke-57.
Memang, permainan Yunani kurang menarik. Mereka lebih berkonsentrasi bertahan dan menjaga kekompakan, kemudian sesekali melancarkan serangan balik. Tapi, strategi ini yang sering membuat lawan frustrasi, kemudian jadi lengah. Dan, saat kelengahan itu Yunani pintar mengambil kesempatan. Tidak harus produktif, tapi yang penting menang. Dan, gaya dan strategi itu yang mengantarkan Yunani menjadi juara.
"Ini merupakan pencapaian luar biasa untuk sepak bola Yunani dan khsusunya sepak bola Eropa. Kami mengambil keuntungan dari kesempatan kami. Lawan lebih baik secara teknik ketimbang kami, tapi kami mampu memanfaatkan kesempatan. Yunani membuat sejarah dalam sepak bola. Ini adalah sensasi," kata Rehhagel setelah laga.
Kesuksesan Yunani semakin lengkap setelah Theodoros Zagorakis ditunjuk sebagai pemain terbaik dalam gelaran kali ini.
Kejutan lain yang tercipta adalah keluarnya striker Republik Ceko sebagai pencetak gol terbanyak dengan lima gol. Ia mengalahkan striker papan atas lain seperti Ruud van Nistelrooy, Wayne Rooney, Thierry Henry, dan Cristiano Ronaldo.
Sukses Yunani seolah memberi pesan, nama besar bukan jaminan. Siapa pun yang masuk ke putaran final bisa menjadi juara, asal bisa mengoptimalkan kemampuan dan menerapkan strategi yang tepat. Tentang keberuntungan, itu urusan Tuhan.
- Euro 2008
Runner-up : Jerman
Tuan rumah : Austria dan Swiss
Pemain terbaik: Xavi
Pencetak gol terbanyak : David Villa (4 gol)
SEBELUMNYA, sepak bola indah sempat dinilai hanya enak ditonton tapi tak menjamin kemenangan, bahkan rentan kalah. Apalagi, di Piala Eropa 2004, Yunani membuktikan diri sebagai juara, meski sepak bolanya tak indah. Mereka hanya bermain pragmatis, fokus pada pertahanan, kemudian mencuri gol lewat serangan balik.
Keindahan Portugal yang sempat dinilai "Brasil Eropa" juga diredam oleh pragmatisme Yunani. Demikian juga dengan Spanyol dan Perancis merasakan sengatan Yunani.
Namun, penilaian itu terbantahkan oleh Piala Eropa 2008. Di sini, sepak bola indah dan menyerang berbicara. Belanda tetap memamerkan sepak bola menyerang hingga sangat produktif, menghajar Italia 3-0, Perancis 4-1, dan Rumania 2-0. Belanda memang akhirnya kalah dari Rusia dan publik pun kembali meragukan efektivitas sepak bola menyerang dan indah.
Tapi, itu kembali dibantah oleh Spanyol. Tim yang didominasi pemain Barcelona ini, seolah menerapkan permainan indah dan menyerang klub Catalan tersebut. Dan, Spanyol memang tampil mengagumkan.
Di penyisihan grup, mereka menghajar Rusia 4-1, dan masing masing menang 2-1 atas Yunani dan Swedia. Lalu, mereka menundukkan Italia 4-2 dan menghajar Rusia lagi 3-0. Di final, Spanyol menang 1-0 atas Jerman.
Spanyol yang setelah juara Piala Eropa 1964 tak pernah meraih gelar internasional, kini menemukan kejayaan lagi. Bahkan, Piala Eropa 2008 seolah menjadi ajang bagi tim Spanyol untuk menunjukkan kekuatan mereka. Rekor luar biasa mampu mereka catat.
"La Furia Roja" juga mencatatkan sejarah dalam Piala Eropa yang berlangsung di Austria dan Swiss ini. Tim yang kala itu dilatih oleh Luis Aragones menjadi tim kedua yang mampu memenangkan semua laga di penyisihan grup dan keluar sebagai juara. Satu tim lain yang bisa menyamai rekor itu adalah Perancis pada Piala Eropa 1984. Selain itu, Spanyol menjadi tim pertama yang tak pernah terkalahkan setelah Jerman di Piala Eropa 1996.
Ketangguhan Spanyol makin terlihat saat dua pemainnya merebut gelar sebagai pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik Piala Eropa 2008. Striker David Villa menjadi striker tersubur dengan mencetak 4 gol, sementara gelandang Xavi Hernandez tampil sebagai pemain terbaik.
Tampilnya Spanyol sebagai juara memang sedikit melenceng dari yang diprediksi orang. Sebelumnya, yang difavoritkan justru Portugal yang tampil dengan pemain terbaik mereka, Cristiano Ronaldo, atau Belanda yang tampil penuh determinasi.
Portugal secara mengenaskan takluk di tangan Jerman yang sebenarnya tak difavoritkan ketika bertemu pasukan Luiz Felipe Scolari tersebut. Sementara Belanda lebih tragis kalah 1-3 dari Rusia yang ironisnya ketika itu ditangani oleh pelatih asal Belanda, Guus Hiddink. Fakta yang lebih mengejutkan tentulah kegagalan Perancis lolos dari penyisihan Grup C setelah hanya memetik satu poin saja.
Selain catatan di atas, ada beberapa fakta menarik yang bisa dicatat dalam pagelaran Piala Eropa kali ini. Swiss dan Austria untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah Piala Eropa. Austria juga membuat debutnya di ajang empat tahunan ini bersama Polandia. Sayang, debut keduanya diakhiri dengan kegagalan lolos dari babak penyisihan grup dan hanya mampu meraih satu poin dari tiga laga yang dijalani.
Namun, itu hasil yang adil. Sebab, di Piala Eropa 2008 ada tim yang sedang menemukan bentuk sepak bola luar biasa. Tim itu tak lain adalah Spanyol. Mereka tak hanya memamerkan sepak bola indah, tapi juga efektif. Spanyol pun akhirnya menjuarai turnamen dan sekaligus menegaskan kemenangan sepak bola indah dan menyerang.
EURO 2012
Kejuaraan Sepak Bola Eropa UEFA 2012, atau
lebih dikenal dengan Euro 2012,
akan menjadi ke 14 Kejuaraan Eropa untuk sepak bola nasional yang
didukung oleh tim UEFA.
Turnamen final akan diselenggarakan oleh Polandia dan Ukraina antara 8 Juni dan
1 Juli 2012. Ini adalah pertama kalinya suatu bangsa juga telah
menyelenggarakan turnamen. Tawaran ini dipilih oleh Komite Eksekutif UEFA pada
tahun 2007.
Turnamen final menampilkan enam belas negara, Kejuaraan Eropa
terakhir yang harus dilakukan begitu (dari Euro 2016 dan
seterusnya, akan ada 24 finalis). Kualifikasi ditentang oleh 51 negara antara
Agustus 2010 dan November 2011 untuk bergabung dengan negara tuan rumah dua
turnamen. Pemenang turnamen otomatis memperoleh untuk masuk ke Piala
Konfederasi FIFA 2013 yang
diselenggarakan oleh Brasil.
Tim peserta
Sejak 1996, putaran final selalu menampilkan enam
belas tim nasional. Beberapa asosiasi sepak bola negara eropa mendukung usulan
penambahan jumlah finalis turnamen edisi ini menjadi 24 tim, meski penambahan
jumlah anggota UEFA tidak signifikan sejak penambahan jumlah finalis terakhir
pada tahun 1996 (53 per April 2006 dibanding 48 saat Euro 1996). Pada bulan
April 2007, Komite Eksekutif UEFA secara resmi menolak usulan tersebut.
Dua
belas dari enam belas finalis berpartisipasi pada turnamen sebelumnya tahun 2008. Inggris dan Denmark yang berpartisipasi pada tahun 2004, kembali tampil setelah gagal lolos pada
turnamen edisi tahun 2008. Republik Irlandia tampil kembali setelah absen
selama 24 tahun, sekaligus menjadikan keikutsertaan untuk kedua kalinya pada
putaran final. Tuan rumah Ukraina tampil untuk pertama kali sebagai negara independen, setelah
pernah tampil sebagai bagian dari Uni Soviet.
Enam belas finalis yang tampil pada putaran final adalah:
Hasil Undian Groups
PrediksiSpanyol merupakan juara bertahan, susunan pemain Spanyol ketika menjuari Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010 hampir sama dalam menghadapi EURO 2012, belum pernah ada Negara yang berhasil mempertahankan Piala Eropa berturut-turut, dengan permainan cantik dan indah serta susunan pemain-pemain sepakbola nya yang hebat dan berpengalaman, prediksi saya Spanyol akan menjadi Negara pertama yang berhasil mencetak sejarah menjadi Negara pertama yang berhasil mempertahankan Piala Eropa.
Mansion 88 (M88)
Prediksikan Juara Euro 2012 di M88, dapatkan Bonus dan Hadiahnya bagi anggota baru. Jika anda ingin mencari kesenangan bertaruh bola, kasino, dan lain-lain, silahkan Join Disini, informasi lebih lengkap baca disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar